A. Pengertian
Pubertas
Pubertas
adalah masa transisi dari masa anak ke masa dewasa, yang ditandai dengan
munculnya tanda–tanda seksual sekunder dan kemampuan bereproduksi dengan
ditandai dengan perubahan hormonal, perubahan fisik,
maupun perubahan psikologis dan sosial (Styne, 2000). Puber berasal dari kata
latin Pubescere berarti mendapat pubes atau rambut kemaluan yaitu suatu tanda
kelamin sekunder yang menunjukkan perkembangan seksual (Panuji & Umami, 1999).
Menurut Chaplin (1993:408), pubertas
adalah periode-periode kehidupan dimana terjadi kematangan organ-organ seks
mencapai tahap menjadi fungsional terhadap variasi yang jelas sekali diantara
individu-individu yang berbeda, pada umumnya usia akhir periode untuk anak perempuan
adalah 13 tahun dan pada anak laki-laki 14 tahun.
Pubertas bukan merupakan peristiwa yang
tiba-tiba terjadi, tetapi merupakan suatu refleksi maturasi yang bertahap dari
aksis hipotalamus-hipofisisgonad yang dimulai sejak masa janin sampai masa pubertas,
dimana tiap periode mempunyai karakteristik tertentu. Pubertas terjadi sebagai
akibat dari peningkatan sekresi gonadotropin releasing hormone (GnRH) dari
hipotalamus dan diikuti oleh sekuen perubahan sistem endokrin yang komplek serta
timbulnya sistem umpan balik negatif dan positif. Sekuen ini akan diikuti oleh
timbulnya tanda seks sekunder, pacu tumbuh dan kesiapan untuk bereproduksi.
Masa puber merupakan masa transisi dan
tumpang tindih. Dikatakan transisi karena pubertas berada dalam peralihan antara
masa kanak-kanak dengan masa remaja dan dikatakan tumpang tindih karena
beberapa ciri biologis-psikologis kanak-kanak masih dimilikinya, sementara
beberapa ciri remaja juga dimilikinya. Jadi masa puber meliputi tahun-tahun
akhir masa kanak-kanak dan awal masa remaja. Menjelang anak matang secara
seksual, ia masih disebut anak puber, begitu matang secara seksual ia disebut
remaja atau remaja muda (Al Mighwar, 2006:70).
B. Ciri-ciri
Pubertas
Anak
yang mengalami masa pubertas selama dua tahun atau kurang dianggap sebagai anak
yang cepat ma tang, sedangkan yang memerlukan tiga sampai empat tahun untuk
menyelesaikan peralihan menjadi dewasa dianggap sebagai anak yang lambat
matang. Anak perempuan cenderung lebih cepat matang dibandingkan anak laki-laki.
Ciri-ciri anak yang mengalami masa pubertas adalah
sebagai berikut (Soetioe, 1982:5-6):
1. Mencari
pergaulan di luar keluarga, usaha melepaskan diri dari ikatan keluarga.
2. Minat
subjektif dan sosial, timbul ke dalam batin sendiri.
3. Kepribadian
tumbuh dan si puber menemukan diri sendiri, ia mulai meneliti hidupnya.
4. Penemuan
nilai-nilai, sikapnya menjadi emosional.
5. Daya
pikir melepaskan sifat-sifat konkret dan menuju sifat-sifat abstrak.
6. Perkembangan
anak laki-laki dan anak perempuan berbeda.
7. Anak
puber mengalami sikap ketidak-tenangan, tidak seimbang dan menunjukkan sifat
yang bertentangan.
Adapun ciri-ciri
fisik anak yang memasuki masa pubertas adalah sebagai berikut (Sujanto,
1996:172-173):
1. Kelenjar
bagi anak laki-laki mulai menghasilkan cairan yang terdiri atas sel-sel sperma
dan bagi anak perempuan kelenjar kelaminnya mulai menghasilkan sel telur.
2. Anak
laki-laki mengalami mimpi basah sedangkan anak perempuan mengalami menstruasi.
3. Tubuh
mulai berkembang, sehingga tampak pada anak laki-laki dadanya bertambah dengan
otot-otot yang kuat dan anak perempuan, pinggulnya mulai melebar.
4. Mulai
tumbuhnya rambut-rambut di bagian-bagian tertentu baik anak laki-laki maupun
anak perempuan.
5. Anak
laki-laki lebih banyak bernafas dengan perut sedangkan anak perempuan lebih
banyak bernafas dengan dada.
6. Suara
mulai berubah menjadi lebih besar atau parau.
7. Wajah
anak laki-laki lebih tampak persegi sedangkan wajah anak perempuan lebih tampak
membulat.
8. Motorik
anak (cara bergerak) mulai berubah, sehingga cara berjalan anak laki-laki dan
anak perempuan mengalami perubahan. Anak laki-laki tampak lebih kaku dan kasar,
sedang anak perempuan tampak lebih canggung.
9. Mulai
menghias diri, baik anak laki-laki maupun anak perempuan berusaha menarik
perhatian dengan memamerkan segala perkembangannya, tetapi dengan malu-malu.
10. Sikap
batinnya kembali mengarah ke dalam, sehingga timbul rasa percaya diri.
11. Perkembangan
tubuhnya mencapai kesempurnaan dan kembali harmonis.
C. Tahap
Masa Pubertas
Masa
pubertas
terjadi secara bertahap yaitu masa prapubertas, pubertas dan pascapubertas yang
dijelaskan sebagai berikut (Wong et al, 2009:585):
1. Prapubertas.
Yaitu periode sekitar 2 tahun sebelum pubertas ketika anak pertama kali
mengalami perubahan fisik yang menandakan kematangan seksual.
2. Pubertas.
Merupakan titik pencapaian kematangan seksual, ditandai dengan keluarnya darah
menstruasi pertama kali pada remaja putri sedangkan pada remaja putra indikasi
seksualitasnya kurang jelas.
3. Pascapubertas.
Merupakan periode 1 sampai 2 tahun setelah pubertas, ketika pertumbuhan tulang
telah lengkap dan fungsi reproduksinya terbentuk dengan cukup baik.
D. Kesiapan
Menjadi Remaja
1. Remaja
dihadapkan persoalan untuk dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat
memanfaatkannya secara efektif.
Sebagian
besar remaja belum dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari
penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh
tertentu. Misalnya si Marisa merasa kulitnya tidak putih seperti bintang film,
maka Marisa akan berusaha sekuat tenaga untuk memutihkan kulitnya. Perilaku
Marisa yang demikian tentu menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri dan orang
lain. Mungkin Marisa akan selalu menolak bila diajak ke pesta oleh temannya
sehingga lama-kelamaan Marisa tidak memiliki teman dan sebagainya.
2.
Remaja
seharusnya dapat dibantu orang tua untuk memperoleh kebebasan emosionalnya.
Usaha remaja untuk memperoleh kebebasan emosional sering
disertai perilaku “pemberontakan” dan melawan keinginan orang tua. Bila
tugas perkembangan yang sering menimbulkan pertentangan dalam keluarga dan
tidak dapat diselesaikan di rumah ini berlarut-larut, maka remaja akan mencari
jalan keluar dan ketenangan di luar rumah. Tentu saja hal tersebut akan membuat
remaja memiliki kebebasan emosional dari luar orangtua sehingga remaja justru lebih
percaya pada teman-temannya yang senasib dengannya. Jika orang tua tidak
menyadari akan pentingnya tugas perkembangan ini, maka remaja dalam kesulitan
besar. Hal yang sama juga dilakukan remaja terhadap orang-orang yang dianggap
sebagai pengganti orang tua, guru misalnya.
3.
Remaja
seharusnya mampu bergaul lebih matang dengan teman sesama jenis maupun lain
jenis kelamin.
Pada masa remaja, seseorang seharusnya menyadari akan
pentingnya pergaulan. Seorang remaja yang menyadari akan tugas perkembangan yang
harus dilaluinya untuk bergaul dengan kedua jenis kelamin, maka bisa
digolongkan dalam golongan remaja yang sukses memasuki tahap perkembangan ini.
Ada sebagian besar remaja yang tetap tidak berani bergaul dengan lawan jenisnya
sampai akhir usia remaja. Hal tersebut menunjukkan adanya ketidakmatangan dalam
perkembangan remaja tersebut.
4. Remaja
seharusnya mengetahui dan
menerima kemampuan sendiri
Banyak remaja yang belum mengetahui kemampuannya. Bila
remaja ditanya mengenai kelebihan dan kekurangannya pasti mereka akan lebih
cepat menjawab tentang kekurangan yang dimilikinya. Hal tersebut menunjukkan
bahwa remaja tersebut belum mengenal kemampuan dirinya sendiri. Bila hal
tersebut tidak diselesaikan pada masa remaja ini tentu saja akan menjadi
masalah untuk perkembangan selanjutnya (masa dewasa atau bahkan sampai tua
sekalipun). Banyak bertanya, belajar, membaca, berdiskusi dan mencoba hal-hal
baru akan sangat membantu mengatasi hal ini, sehingga saat meninggalkan masa
remaja akan bisa berlangsung secara baik.
5. Remaja
seharusnya memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma
Skala nilai dan norma biasanya diperoleh remaja melalui
proses identifikasi dengan orang yang dikaguminya terutama dari tokoh
masyarakat maupun dari bintang-bintang yang dikaguminya. Dari skala nilai dan
norma yang diperolehnya akan membentuk suatu konsep mengenai harus menjadi
seperti apakah “Aku” (Who Am I)?, sehingga
hal tersebut dijadikan pegangan dalam mengendalikan gejolak dorongan dalam
dirinya. Maka penting bagi orang tua dan orang-orang yang dianggap sebagai
pengganti orang tua untuk mampu menjadikan diri mereka sendiri sebagai idola
bagi para remaja tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar